KEBIJAKAN
FISKAL DAN SEKTOR RIIL
Disusun
Oleh :
Hakrit
Aerlin B300130101
Fredila Putri
Arumsari B300130143
Trias Dian Suciati B300130150
Kelas C
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKULTAS EKKONOMI DAN BISNIS
ILMU EKONOMI STUDY PEMBANGUNAN
2014
A. Kebijakan
Fiskal
- Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara memanipulasi anggaran
pendapatan dan belanja negara artinya pemerintah dapat meningkatkan atau
menurunkan pendapatan negara atau belanja negara dengan tujuan untuk
mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan nasional. Pada umumnya
pemerintah akan berusaha menentukan target belanja negara, kemudian menentukan
tingkat pendapatannya paling tidak dapat menutup seluruh anggaran belanja yang
telah ditetapkan tersebut. Pada umumnya sangat sulit bagi negara yang sedang
berkembang untuk menyesuaikan pengeluaran atau belanja negara terhadap
pendapatannya. Hal ini disebabkan oleh adanya pendapatan negara yang umumnya
masih sangat rendah, sedangkan kebutuhan untuk menyediakan barang dan jasa
serta membelanjai keperluan lain sangat besar. Adapun pengeluaran pemerintah
itu dapat dibedakan menjadi pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa, dan
pengeluaran transfer seperti subsidi, bantuan bencana alam, dan sebagainya.
Contoh kebijakan fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami
inflasi,pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara
memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi.
Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
- Tujuan Kebijakan Fiskal
Untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi
pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang
diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatn nasional (Y)
dan tingkat kesempatan kerja (N). Tujuan utama kebijakan fiskal ialah untuk
mencegah pengangguran dan menstabilkan harga. Implementasinya untuk
menggerakkan Pos penerimaan dan pengeluaran dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleksnya struktur ekonomi perdagangan
dan keuangan, maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi
beragam harus digunakan secara tepat, seperti kebijakan fiskal, kebijakan
moneter, perdagangan dan penentuan harga.
Piranti kebijakan yang
perlu dipersiapkan:
1.
Pajak untuk sektor swasta
2.
Pinjaman pada masyarkat
3.
Pengeluaran Pemerintah untuk pengendalian pengangguran
4.
Apabila piranti kebijakan dimaksud ternyata gagal,
maka cara yang tepat dengan MENCETAK UANG. Uang yang dicetak oleh pemerintah
harus dijamin dengan cadangan devisa yang cukup, agar uang yang beredar di
masyarakat aman.
- Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1.
Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal
Ekspansif
Anggaran
defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari
pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik
digunakan jika keaadaan ekonomi sedang resesif.
2.
Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal
Kontraktif
Anggaran
surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar
daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian
pada kondisi yang ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan
tekanan permintaan.
3.
Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang
terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan.
Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin.
- Sifat Kebijakan Fiskal dalam Mempengaruhi Perekonomian
1.
Ekspansif : implementasi kebijakan ini dengan
menaikkan pengeluaran pemerintah dan menurunkan penerimaan pajak.
2.
Kontraktif : implementasi kebijakan ini dengan
menurunkan pengeluaran pemerintah dan menaikkan penerimaan pajak.
- Macam-macam kebijakan fiscal :
1.
Functional
finance : Pembiayaan pemerintah yang bersifat fungsional
2.
The
managed budget approach : Pendekatan pengelolaan Anggaran
3.
The
stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, apabila model
ini gagal, maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya seperti dengan
menaikkan gaji PNS atau subsidi
4.
Balance
budget approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang, namun bila
terlambat penyesuaian (Perubahan Anggaran Keuangan), maka kepercayaan
masyarakat akan hilang.
- Instrument Kebijakan Fiskal
Instrumen kebijakan fiskal adalah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang berhubungan erat dengan pajak. Dari
sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum. Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan
pengeluaran pemerintah dapat berdampak pada variabel-variabel berikut dalam
perekonomian:
1.
Aggregate demand and the level of economic activity (
Permintaan agregat dan tingkat kegiatan ekonomi )
2.
The pattern of resource allocation (Pola alokasi
sumber daya)
3.
The distribution of income (Distribusi pendapatan)
- Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap.
Konstraksional gap adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi
dibandingkan dengan output Actual (Y1). Pada saat terjadi kontraksional gap ini
kondisi perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran dimana Uactual > Ualamiah. Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan
pengeluaran pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output
(Y), adapun mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan
pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat
dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih
pajak (∆T) turun maka akan menggeser
kurva pengeluaran agregat keatas sehingga
pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).
Kurva Kebijakan Fiskal Ekspansif
- Kebijakan Fiskal kontraktif
Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat
pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan
mengatasi inflasi. kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran
surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. pada saat munculnya ekpansionary
gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output potensial
(Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1). Adapun mekanisme
penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T) terhadap output
(Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif diagram
sebagai berikut:
Kurva
Kebijakan Fiskal Kontraktif
Pada gambar 2.2
dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun atau selisih
pajak (∆T) naik maka akan menggeser
kurva pengeluaran agregat kebawah sehingga
Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
B. Sektor Riil
- Pengertian Sektor Riil
Istilah
sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi
perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh
karena ini, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang (pasar
untuk barang-barang dan jasa-jasa). Berikut ini
merupakan variabel-variabel agregatif yang termasuk sebagai pasar komoditi
yaitu :
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
(C)
2. Saving atau tabungan (S)
3. Pendapatan nasional (Y)
4. Investasi (I)
5. Tingkat harga (P)
6. Pengeluaran konsumsi pemerintah (G)
7. Transfer pemerintah (Tr)
8. Ekspor (X)
9. Impor (I)
KEBIJAKAN PENGUATAN
SEKTOR RIIL
Berbagai dampak tersebut haruslah disikapi oleh instansi
terkait dengan membuat kebijakan-kebijakan tepat sasaran agar sektor riil
sebagai tumpuan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap dapat berkembang dengan
baik. Adapun kebijakan-kebijakan yang telah dibuat antara lain sebagai berikut.
Pertama, kebijakan dalam sektor infrastruktur
adalah dengan mengalokasikan dana stimulus fiskal untuk belanja infrastruktur.
Dana tersebut diprioritaskan untuk proyek-proyek infrastruktur yang bersifat
padat karya diberbagai bidang, antara lain dalam bidang pekerjaan umum, bidang
perhubungan, bidang energi, dan bidang perumahan rakyat.
Di sektor transportasi, instansi terkait telah
melaksanakan beberapa kebijakan, antara lain:
1)
Pengembangan transportasi berdasarkan sistem
transportasi nasional dan penyiapan prakarsa pembuatan Rancangan Undang-Undang
(RUU) Sistem Transportasi Nasional
2)
Memprioritaskan pengembangan angkutan masal di
perkotaan
3)
Menyelesaikan pembangunan prasarana transportasi agar
dapat dimanfaatkan
4)
Memprioritaskan pemeliharaan dan rehabilitasi
prasarana transportasi
5)
Pengembangan pelayaran keperintisan dan kelas ekonomi.
Kedua, pada sektor perumahan dan
pemukiman. Di sektor perumahan, perlu diambil langkah-langkah dari sektor
pasokan berupa penyediaan perumahan dan dari sisi permintaan yakni dari
konsumen atau pembeli rumah. Dari sisi pasokan berupa:
1)
Mendorong pemanfaatan tanah untuk pembuatan rumah
susun milik (Rusunami)
2)
Kemudahan/penyederhanaan perizinan untuk pembangunan
Rusunami
3)
Mendorong penempatan dana Taperum-PNS
4)
Memberdayakan masyarakat melalui penciptaan lapangan
kerja dan industri/perdagangan bahan bangunan lokal terkait program KPR/KPRS
Mikro Bersubsidi sejalan dengan PNPM.
Sementara dari sisi
permintaan adalah dengan:
1) Memberlakukan fixed-rate untuk
kredit perumahan
2) Memperluas akses kredit dan pilihan skim
subsidi.
Di
sektor pemukiman, krisis keuangan global telah mengakibatkan terjadinya
penurunan alokasi anggaran untuk penyediaan pelayanan air minum, pengelolaan
air limbah, persampahan dan drainase. Dengan demikian kebijakan dalam mencegah
dampak krisis keuangan global adalah:
1) Pelaksanaan advokasi dan sosialisasi
kepada pemerintah daerah dan legislatif guna meningkatkan prioritas pembangunan
air minum, pengelolaan air limbah, persampahan, dan drainase
2) Menciptakan skema insentif berbasis
kinerja untuk pemda dalam meningkatkan investasi air minum
3) Peningkatan efektivitas dan
akuntabilitas anggaran pemerintah untuk penyediaan air minum, pengelolaan air
limbah, persampahan , dan drainase
4) peningkatan kerjasama dengan pihak
swasta, melalui skema PPP (public-private-partnership)
Ketiga, pada sektor pertanian. Kebijakan yang
ditempuh adalah:
1) Meningkatkan
kelembagaan pertanian, khususnya permodalan dan penelitian
2) Memberikan perlindungan kepada petani
dalam konteks ketahanan pangan, tingkat penghidupan masyarakat desa dan
kesejahteraan masyarakat.
Terkait komoditas pangan, langkah yang perlu ditempuh
adalah dengan memantapkan ketahanan pangan nasional yang mengusahakan bertumpu
pada produksi dalam negeri, menjamin kelancaran manajemen distribusi pangan
pokok, stabilitas harga pangan nasional, dan melaksanakan diversifikasi pangan.
Untuk subsektor
perikanan perlu langkah-langkah riil berupa:
1) Pembinaan dan pengembangan sistem usaha
perikanan melalui pengembangan kemitraan
2) Subsidi benih ikan
dan pakan ikan
3) Memperkuat kebijakan
dan peraturan dalam pemasaran produk
4) Penguatan akses
permodalan nelayan
5) Meningkatkan
industri pengolahan ikan.
Keempat, pada bidang kehutanan.
Beberapa kebijakan yang telah dan tengah dilakukan antara lain:
1) Menata ulang arah reformasi sektor
perkayuan
2) Membatasi permintaan kayu bulat
3) Memperlambat laju konversi hutan
4) Menggeser agenda ke arah keadilan.
Sementara itu, kebijakan dalam menangani permasalahan
lingkungan hidup yakni:
1) Meningkatkan
kapasitas dan koordinasi lembaga pengelolaan lingkungan;
2) Meningkatkan upaya harmonisasi
pengembangan hukum lingkungan dan penegakan hukum secara konsisten;
3) Meningkatkan upaya
pengendalian dampak lingkungan;
4) Meningkatkan konservasi SDA dan penataan
lingkungan melalui pendekatan penataan ruang;
5) Membangun kesadaran masyarakat agar
peduli pada isu lingkungan hidup dan berperan sebagai kontrol sosial dalam
memantau kualitas lingkungan hidup, dan
6) Meningkatkan peranserta masyarakat dalam
pengelolaan SDA dengan memberikan akses dan kontrol pengelolaan SDA di tingkat
lokal.
Kelima, dalam bidang perdagangan dan
industri. Upaya yang dilakukan dalam sektor perdagangan adalah:
1) Mengupayakan peningkatan pencegahan dan
penangkalan penyelundupan barang-barang dari luar negeri,
2) Memperkuat pasar
dalam negeri dan promosi penggunaan produk dalam negeri, dan
3) Mendorong ekspor
hasil industri padat karya.
Keseluruhan dari
kebijakan untuk kelima sektor tersebut haruslah diikuti peran aktif dari
berbagai instansi terkait serta masyarakat sehingga kebijakan tersebut dapat
memberikan efek positif dalam mempertahankan atau bahkan meningkatkan
pertumbuhan setor riil.
- Analisis Keseimbangan Sektor Riil dengan Grafik
Dalam analisis keseimbangan di sektor riil, kondisi
keseimbangan perekonomian dapat digambarkan ke dalam sebuah kurva yang di sebut
kurva IS. Kurva IS adalah tempat kedudukan titik-titik yang menghubungkan
tingkat bunga (i) dan pendapatan nasional (Y), di mana pasar barang berada
dalam kondisi keseimbangan. Untuk menghasilkan kurva IS kita mulai dari diagram
I dengan mengambil salah satu titik tingkat bunga, misalnya i0. Pada
tingkat bunga sebesar i0, investasi yang dilaksanakan sebesar I0
dan dalam keadaan keseimbangan, besarnya tabungan adalah S0.
Tabungan sebesar S0 terjadi apabila pendapatan sebesar Y0.
Apabila keadaan tersebut kita bawa pada grafik IV, maka kita memperoleh satu
titik dari kurva IS (misalnya kita beri nama titik A). Untuk menggambarkan
suatu kurva (kita anggap kurva IS adalah linier) minimal harus ada dua titik
sehingga dengan demikian kita perlu mengambil salah satu titik tingkat bunga
lagi misalnya i1. Pada tingkat bunga sebesar i1, investasi
yang diinginkan sebesar I1, dan dalam keadaan seimbang besarnya
tabungan sebesar S1. Tabungan sebesar S1, terjadi apabila
pendapatan sebesar Y1. Apabila keadaan tersebut kita bawa pada
grafik IV, maka kita memperoleh satu titik lagi dari kurva IS (misalnya kita
beri nama titik B). Apabila titik A dan titik B kita hubungkan maka kita akan
memperoleh kurva IS, yaitu kurva yang menggambarkan keseimbangan di sektor riil
(pasar barang) yang berlereng negatif. Ini memberi petunjuk bahwa pada sektor
riil (pasar barang), apabila terjadi kenaikan tingkat bunga, maka turunnya
investasi dan turunnya investasi secara langsung akan menyebabkan turunnya
pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun maka pendapatan
nasional akan naik. Karena, turunnya tingkat bunga akan menyebabkan naiknya
investasi. Diagram I menunjukkan hubungan antara tingkat bunga (i) dan jumlah
investasi (I), diagram II menunjukkan keseimbangan di pasar barang, di mana
tabungan sama dengan investasi S=I. Diagram III menunjukkan hubungan antara
tabungan (S) dengan pendapatan (Y), dan diagram IV menunjukkan kurva IS, yaitu
kurva yang menghubungkan antara titik-titik tingkat bunga (i) dan pendapatan
(Y).
Kurva IS dapat pula diturunkan
dengan cara lain seperti ditunjukkan dalam gambar. Diagram I menunjukkan fungsi
investasi, dimana penurunan di dalam tingkat bunga yaitu dari i0 ke
i1 telah menyebabkan investasi naik dari I0 ke I1 .
Dalam diagram II ditunjukkan bagaimana kenaikan dalam investasi akibat dari
penurunan tingkat bunga telah menyebabkan kurva permintaan atau pengeluaran
agregat (AD) bergeser ke kiri atas yaitu dari AD0 ke AD1 ,
yang selanjutnya akan mendorong pendapatan naik dari Y0 ke Y1
. Sedangkan diagram III menunjukkan kurva IS yang menghubungkan tingkat bunga
dan pendapatan, dimana tingkat bunga yang semakin rendah telah menyebabkan
pendapatan semakin besar, dan sebaliknya
HUBUNGAN SEKTOR MONETER,SEKTOR EKSTERNAL,SEKTOR
PEMERINTAH(FISKAL),DAN SEKTOR RIIL
Kondisi
perekonomian suatu Negara dapat dilihat baik dari sisi internal maupun
eksternal.Kondisi internal antara lain tercermin pada perkembangan sektor
riil,seperti produksi,konsumsi,dan investasi,dan perekembangan sektor moneter
seperti inflasi dan jumlah uang beredar.Sementara itu,kondisi eksternal
tercermin pada perkembangan neraca pembayaran.Perkembangan neraca pembayaran
memiliki keterkaitan yang erat dengan perkembangan sektor riil,fiskal,dan moneter.
Dalam
skema trsebut dapat dilihat bahwa perkembangan permintaan dan penawaran barang
dan jasa di sektor riil yang terkait dengan kegiatan ekspor dan impor tercermin
pada perkembangan ekspor dan impor baik barang maupun jasa pada transaksi
berjalan.Demikian pula pada transfer seperti hibah dari luar negeri kepada
pemerintah yang merupakan bagian dari penerimaan anggaran Negara,tercatat dalam
transaksi berjalan.Selain itu transaksi pembayaran bunga pinjaman pemerintah
yang merupakan bagian dari pengeluaran pemerintah dalam anggaran Negara juga
tercatat di neraca pembayaran pada pos penghasilan(income).Dalam pada
itu,aliran modal luar negri yang merupakan salah satu sumber pembiayaan baik
pada kegiatan sektor pemerintah(fiskal) maupun bank umum akan tercatat pada
perkembangan transaksi modal dan keuangan dalam nraca pembayaran.
Aliran
dana dari keseluruhan transaksi yang mempengaruhi cadangan devisa yang tarcatat
dalam transaksi modal dan keuangan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi khususnya sektor moneter.Hal ini mengingat perubahan
cadangan devisa akan mempengaruhi aktiva luar negeri bersih dan otoritas
moneter,yang pada gilirannya akan mempengaruhi uang beredar dalam perekonomian.
Dengan
demikian,dalam lingkup analisis ekonomi makro,keterkaitan antara sektor
eksternal dengan sektor lainnya sepertii telah diuraiakan di atas memegang
peranan yang penting dalam proses perhitungan tingkat output nasional atau
produk domestic bruto,penyusunan anggaran Negara,dan perumusan kebijakan moneter.Hal
ini menjadikan neraca pembayaran sebagai salah satu indikator penting dalam
perumusan kebijakan ekonomi makro suatu Negara.
Secara
umum,transaksi-transaksi di sektor eksternal
yang tecatat dalam neraca pembayaran merupakan gambaran dari seluruh aliran
sumber daya(resource flows) baik berupa aliran uang maupun barang dan jasa,yang
kepemilikannya berpindah dari suatu Negara ke Negara lainnya.Perpindahan
kepemilikan tersebut dapat terjadi karena pertukaran (exchange)atau tanpa
pertukaran(unrequited transfer),seperti hibah misalnya.
Transaksi-transaksi
yang menyebabkan aliran sumber daya tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan
dalam dua kategori.Pertama,transaksi yang trkait dengan perdagangan,seperti
ekspor-impor barang dan jasa,transaksi yang terkait dengan pengghasilan,seperti
pembayaran bunga dan pembagian deviden,serta transaksu yang terkait dengan
transfer,seperti hibah.Kedua,transaksi yang terkait dengan barang modal dan
investasi,seperti penanaman modal langsung dan investasi portofolio.Dalam neraca
pembayaran,transaksi pada kelompok pertama disebut transaksi berjalan atau
current account,sdangkan transaksi pada kelompok kedua disebut transaksi modal
dan keuangan atau capital and financial account.